Rabu, 27 Oktober 2010
Ruang Kosong Kota Bandung
Lahir, besar dan bersekolah di Bandung, Mariam Sofriana benar-benar memahami daerah dingin berjuluk Kota Kembang tersebut. Pemahamannya itu ia wujudkan dalam sejumlah karya seni kontemporer yang mulai Minggu (24/10) dipamerkan di Emmitan CA Gallery. Bertajuk Urban Archeology, Mariam yang lulusan ITB Bandung membeber karya bersama dua seniman muda Bandung lainnya, yaitu Anggoro Prasetyo dan Triyadi Guntur Wiratno. Semua karya Mariam yang dipamerkan bercerita tentang sudut-sudut kota Bandung. Tapi dalam versi yang sangat bertolakbelakang dengan aslinya.
Perempuam 27 tahun ini benar-benar detil menggambarkan kemolekan sekaligus keindahan ibu kota provinsi Jawa Barat itu lewat lukisan. Lihat saja karyanya yang berjudul Tugu Sister Cities Wastukencana. Kawasan yang cukup terkenal itu secara utuh nyaris berhasil ia pindahkan ke dalam kanvas. Billboard bergambar Agnes Monica dalam iklan operator selular, tampil sangat mirip aslinya. Pun demikian dengan billboard kosong di sisi kiri, tampak berdiri angkuh menunggua iklan-iklan yang siap dipajang.
“Satu karya bisa sampai dua bulan. Mungkin karena saya suka karya yang sangat detil, jadi butuh waktu agak panjang,” ungkap Mariam.
Terlepas dari detil yang sempurna itu, karya Mariam ternyata terlihat sangat ‘aneh’. Disebut demikian karena semua sudut Kota Kembang yang ia pindah ke kanvas, merupakan ruang kososng.
Tak seorang pun atau satu motor, mobil maupun kendaraan lainnya yang muncul di setiap karya yang ia buat. Semuanya selalu jalan atau kawasan yang lengang. “Mariam seperti sedang meyakinkan kita bahwa citraan yang tampak adalah rekaman otentik mengenai kota yang kosong. Tentu saja yang dilukiskan Mariam bukan realita sesungguhnya,” ungkapm Asmudjo Jono Irianto, kurator pameran.
Karena kekosongan itu, sudut-sudut Kota Bandung menjadi terasa asing. Khususnya bagi orang-orang yang mengenali kota tersebut.
Tak biasanya kota digambarkan dalam keheningan seperti itu. Digarap dengan teknik foto-realis yang canggih, melalui karyanya Mariam sengaja ‘mengosongkan’ kota Bandung dari manusia. Itu sebabnya karyanya menjadi terasa asing. “Karena sejatinya kota adalah tempat berkerumunnya manusia,” pungkas Asmudjo. (opi)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar