Kamis, 28 Oktober 2010
Pentas Teater di Bungurasih, Penumpang Bingung
Calon penumpang di Terminal Purabaya, Bungurasih, Kamis (21/10), sambil menunggu dapat hiburan gratis. Bukan oleh tampilan orkes dangdut seperti biasanya. Melainkan pentas teater yang disuguhkan panitia Teater Ruang Publik dalam rangka menyongsong Festival Seni Surabaya (FSS) 2010. Kali ini yang tampil adalah kelompok Lebur Theater dari Sumenep. Judul yang dipilih adalah Displacement & Body-Body.
Pertunjukan sekitar 20 menit itu bercerita tentang sosok Aristophanes. Sosok ini digambarkan bertubuh bulat dengan punggung dan sisi yang juga membulat. Bertangan dan punya empat kaki. Wajahnya keras, sekeras lempengan baja. Meskipun bulat tapi tubuhnya terlihat perkasa dengan tambahan lidah api yang terus menyembur. Seolah menyambar dengan penuh semangat dan arogan setiap apapun yang mendekatinya.
Sesaat kemudian muncullah Dewa Zeus yang murka. Ia menyerang balik dengan membelah tubuh Aristophanes menjadi dua hingga kekuatannya berkurang setengahnya. Kedua potongan itu pun saling merengkuh berharap bisa kembali menjadi satu tubuh. Tapi sayang, semua itu tinggal harapan. Karena belahan tubuh itu tak pernah bisa bersatu lagi.
Pemain sekaligus sutradara Displacement & Body-Body, Syah A Lathief mengungkapkan, cerita yang diangkatnya itu sebenarnya gambaran kondisi terminal. Sebuah terminal selalu menjadi gumpalan aneka cerita calon penumpang yang sudah pasti berbeda setiap orangnya. “Berbeda pula cerita ketika akan berangkat maupun setelah pulang,” ungkap Syah.
Uniknya tak semua penonton ngeh dengan aksi teatrikal Syah dkk itu. Ada yang melihatnya dengan antusias. Tapi banyak pula yang heran dengan polah para seniman tersebut. “Ya daripada tiap hari lihat orkes saja, kan lumayan kalau hari ini (kemarin) ada yang aneha-aneh. Main teater kok ya di terminal. Tapi lumayan buat hiburan sambil nunggu bis datang,” ungkap Wahyudi, calon penumpang yang akan bepergian ke Solo. (opi)
Ceria dengan Warna Pastel
Peresmian kampus baru Lasalle College International (LCI), Jumat (22/10), berlangsung semarak. Undangan disuguhi hasil karya student maupun alumni. Mulai fashion, interior, digital media hingga jewelry.
Khusus fashion, kali ini ada sejumlah alumni yang unjuk karya. Kristy Winaldy yang graduate tahun lalu menampilkan rancangan yang diberi tema colour of dream. Ia banyak bermain warna-warna pastel tapi dipilih yang cerah. Misalnya hijau pastel dipadu pink muda. “Gayanya anak muda banget,” kata Renny Herwanto, marketing & admission advisor LCI mewakili Kristy yang sedang berada di Singapura.
Ada tiga rancangan Kristy yang dibawakan tiga model, Jessica Evelyn, Cynthia Novelin, dan Regina Celine. Regina mengenakan mini dress model kemben dengan taburan kristal di bagian dada sehingga menyerupai semburan cahaya. Untuk memercantik bagian bawah, Kristy juga menambahkan tamburan kristal serta kerutan-kerutan di beberapa tempat. “Kristal-kristal ini melahirkan kesan glamour, tapi yang enggak kayak bajunya mama-mama kita,” lanjutnya.
Rancangan-rancangan Kristy, kata Reny, cocok untuk anak-anak muda yang ingi tampil lebih perempuan ketika datang ke sebuah pesta. Namun gaun yang dikenakan tidak membuat mereka tampak lebih tua daripada umurnya. “Justru kalau baju-bajunya Kristy bisa lebih percaya diri karena aura keperempuanannya bisa keluar,” jelasnya.
Selain Kristy, lulusan lain yang juga unjuk kaya adalah Natalia Gunawan. Natalia yang sekarang menjadi pengajar di LCI itu lebih banyak mengekplorasi batik. (opi)
Khusus fashion, kali ini ada sejumlah alumni yang unjuk karya. Kristy Winaldy yang graduate tahun lalu menampilkan rancangan yang diberi tema colour of dream. Ia banyak bermain warna-warna pastel tapi dipilih yang cerah. Misalnya hijau pastel dipadu pink muda. “Gayanya anak muda banget,” kata Renny Herwanto, marketing & admission advisor LCI mewakili Kristy yang sedang berada di Singapura.
Ada tiga rancangan Kristy yang dibawakan tiga model, Jessica Evelyn, Cynthia Novelin, dan Regina Celine. Regina mengenakan mini dress model kemben dengan taburan kristal di bagian dada sehingga menyerupai semburan cahaya. Untuk memercantik bagian bawah, Kristy juga menambahkan tamburan kristal serta kerutan-kerutan di beberapa tempat. “Kristal-kristal ini melahirkan kesan glamour, tapi yang enggak kayak bajunya mama-mama kita,” lanjutnya.
Rancangan-rancangan Kristy, kata Reny, cocok untuk anak-anak muda yang ingi tampil lebih perempuan ketika datang ke sebuah pesta. Namun gaun yang dikenakan tidak membuat mereka tampak lebih tua daripada umurnya. “Justru kalau baju-bajunya Kristy bisa lebih percaya diri karena aura keperempuanannya bisa keluar,” jelasnya.
Selain Kristy, lulusan lain yang juga unjuk kaya adalah Natalia Gunawan. Natalia yang sekarang menjadi pengajar di LCI itu lebih banyak mengekplorasi batik. (opi)
Dukung Klantink, Warga Wonokromo 'Luruk' Jakarta
Sore nanti (23/10), ratusan warga kecamatan Wonokromo akan meluruk ke Jakarta. Bukan untuk demo, melainkan untuk mendukung Klantink, grup musik yang beranggotakan lima warga Wonokromo yang akan berjibaku di ajang final Indonesia Mencari Bakat (IMB), Minggu (24/10).
Menggunakan dua bus, mereka akan memberikan dukungan secara langsung pada Klantink yang terdiri dari Wawan, Imam, Mat, Lukin, dan Budi. Kelimanya adalah warga Pulo Wonokromo yang biasa mengamen di Terminal Joyoboyo.
“Wawan, Imam, Lukin, Budi, dan Mat itu kan warga kami. Jadi, semestinya kita semua memberikan dukungan kepada mereka,” ungkap Eddy Christijanto, camat Wonokromo, kemarin (22/10).
Mereka yang akan berangkat ini, sudah sejak beberapa hari lalu didaftar. Di luar dugaan, yang berminat untuk ikut luar biasa. Lebih dari 500-an orang. “Maunya lebih dari dua bus. Tapi karena keterbatasan dana, yang lainnya harus rela ditinggal,” terang pejabat asli Ponorogo itu.
Diungkapkan Eddy, biaya transportasi dan akomodasi para suporter Klantink ini selama di Jakarta adalah gratis. Semua biaya ditanggung oleh Pemkot Surabaya. “Inilah bentuk perhatian besar pemerintah pada warganya yang memunyai prestasi nasional,” jelas Eddy, bangga.
Dijelaskan, Wali Kota Tri Rismaharani memiliki perhatian yang besar terhadap anak jalanan. Terutama mereka yang bisa dibina dan memiliki ketrampilan khusus. “Kita tahu Klantink adalah bagian dari anak jalanan kota ini yang sukses besar. Semoga kesuksesannya bisa mengilhami teman-temannya yang lain,” sambung Eddy.
Tidak hanya itu, Eddy mengaku juga sudah mengeluarkan surat edaran kepada seluruh RT dan RW di wilayahnya agar mendukung Klantink dengan mengirim SMS dukungan. “Tiga hari lalu, surat edaran itu sudah disampaikan ke RT-RT dan RW-RW,” jelasnya.
Dengan dukungan langsung dan tak langsung ini, Eddy berharap bisa menambah semangat Klantink menghadapi final, besok. Sehingga, prestasi terbaik bisa diraih dan dibawa pulang ke Kota Pahlawan. (opi)
Paud Duta Seruni Bikin Donat di Marriott
Vanessa Gwieneth terlihat bengong melihat Albert Kaindlbauer yang piawai memutar adonan donat di sela jari-jemarinya. Bocah empat tahun murid Paud Duta Seruni itu berusaha menirukan aksi general manager Hotel JW Marriott tersebut. Tapi sayang, bolak-balik dicoba, ia selalu gagal. Seolah tahu keinginan Vanessa, Albert pun mendekati bocah berkaos olahraga warna kuning dan orange tersebut. Albert tak segan untuk mengajarinya. Dua kali diberi contoh, Vanessa langsung bisa. Ia pun bersorak kesenangan. “Asyik donatku enggak copot lagi,” kata Vanessa yang akrab disapa Ay Ay.
Vanessa bersama puluhan murid Paud Duta Seruni, Jumat (22/10), mendapat undangan khusus dari JW Marriott untuk datang ke hotel bintang lima tersebut. Bertempat di pinggiran kolam renang lantai 4, mereka diajak membuat sekaligus menghias donat. “Acara ini kami gelar untuk mengajak anak-anak belajar mandiri sekaligus berkreativitas,” ungkap Wike Trisnandhini, marketing communication manager JW Marriott.
Uniknya, hampir semua murid Paud Duta Seruni yang diantar oleh orang tua maupun guru mereka, baru pertama kalinya menginjakkan kaki di hotel bintang lima tersebut. Tak heran banyak yang bengong sekaligus mengaguminya. “Benar-benar pengalaman yang berkesan bagi kami semua,” aku Uci Utari, ketua Paud Duta Seruni.
Begitu tiba di pool terrace, anak-anak tersebut langsung duduk mengeliling meja yang sudah disediakan. Di atas setiap meja ada semacam nampan dengan beberapa macam adonan donat. Dipimpin Chef Endra Yudah, mereka terlihat antusias mulai pertama membuat adonan. “Lho itu mixer ya. Kok besar, Bunda,” tanya Aviasyah Ahmad Alhabsi.
Mendengar pernyataan itu, Chef Endra hanya tersenyum. Ia lalu memberikan penjelasan. “Kalau di hotel bikin donatnya kan banyak. Jadi mixernya butuh yang sebesar ini. Fungsinya sama kok dengan mixer milik mama di rumah kalian,” jelasnya.
Ditambahkan Uci, selain untuk melatih kemandirian, belajar di lokasi outdoor juga untuk melatih syaraf motorik anak-anak tersebut. Acara ini juga untuk mengenalkan cara membuat beragam kue, sehingga mereka bisa menirunya di rumah. “Juga supaya enggak malas masuk dapur,” imbuh perempuan berjilbab itu. (opi)
Pelukis Psing 'Kepung' Surabaya
Dua puluh tiga pelukis Banyuwangi menggelar pameran bareng di tiga tempat sekaligus mulai 24-31 Oktober. Bertajuk Umbul-Umbul Blambangan, pelukis yang tergabung di Komunitas Pelukis Banyuwangi tersebut memamerkan karyanya secara bersamaan di Filadelvia Art Gallery, Galeri Surabaya, serta Gedung Merah Putih. Ada 60 karya yang bisa dinikmati. Semuanya rata-rata mengeksplorasi keindahan sekaligus kekayaan kota yang terkenal dengan budaya Osingnya itu.
Beberapa nama sudah dikenal hingga mancanegara. Namun juga ada nama-nama baru yang kualitas karyanya sangat menjanjikan. Ada nama Huang Fong yang dikenal dengan karya-karya nuansa alam Bali. Lalu ada Mozes Misdy, pelukis impresionis yang sangat getol mengeksplorasi perahu yang sedang bertaruh hidup di pantai. Juga ada nama S Yadi, pelukis yang obyeknya mayoritas mengenai gandrung Banyuwangi. “Enggak semua pelukis yang kita libatkan senior. Juga ada beberapa yang amsih junior, tapi karyanya enggak kalah sama yang sudah punya nama,” ungkap Freddy Wijaya, owner Filadelvia Art Gallery, kemarin.
Dijelaskannya, sudah delapan tahun Komunitas Pelukis Banyuwangi tidak membuat pameran bareng. Terakhir mereka pameran bersama di Balai Pemuda tahun 2002 lalu bertajuk Salam Tanah Osing (STO). “Praktis setelah STO itu kita sibuk dengan pameran sendiri-sendiri. Baru kepikiran lagi tahun ini,” lanjutnya.
Surya Tara Wijaya, salah satu pelukis junior mengaku bangga bisa dilibatkan dalam proyek kedua Komunitas Pelukis Banyuwangi ini. Pria asli Osing itu menyertakan tiga karyanya. Salah satunya ia beri judul Angel #2. “Yang Angel #1 sudah dibeli orang Jakarta. Yang bagian dua ini masih beberapa bulan lalu saya buat,” kata Surya.
Angel #2 bercerita tentang keinginan seseorang yang bisa hidup lepas sekaligus bebas. Keinginan itu diwujudkan dalam obyek malaikat berbaju besar tampak menembus ruang dan waktu. “Kebebasan yang saya inginkan ya seperti yang di gambar itu. Tidak ada apapun yang menghalangi,” jelasnya. (opi)
Shangri-La Gotong Royong Bersihkan Sekolah
Hotel Shangri-La memboyong puluhan karyawannya ke MI Nurul Huda I Kepatihan, Menganti, Gresik, Sabtu (23/10). Hotel bintang lima itu mengadakan acara bersih-bersih sekolah tersebut dalam rangka program corporate social responsibility (CSR) bertajuk Shangri-La Hotel Surabaya Gotong Royong. “Teman-teman sendiri yang jadi sukarelawannya,” ungkap Wanda Lesar, CSR and ISO manager Shangri-La.
Sekitar 150 murid dibantu guru dan beberapa tokoh masyarakat dusun Kepatihan, turut berpartisipasi dalam rangka membersihkan sekolah.
Rombongan meluncur dari Shangri-La sekitar pukul 09.00. mereka dibagi dua grup. Grup pertama yang dikomandani Paul bertugas membersihkan bagian luar sekolah seperti halaman, kamar mandi dan teras. Sedang grup kedua yang dipimpin langsung general manager Shangri-La, Juan Carlos Diago mendapat tugas membersihkan seluruh kelas yang berjumlah enam ruang tersebut.
Dengan sigap, Diago bersama grupnya yang berjumlah 20 orang langsung mengambil sapu ijuk. Dengan memakai masker, pria asli Columbia itu serius membersihkan plafon kelas, menyapu serta mengepel lantai.
Sementara grup yang dipimpin Chef Paul bergerak mengambil sapu lidi, ember, serok sampah berpencar mengitari halaman sekolah membersihkan sampah, rumput dan membersihkan meja dan kursi. Kurang lebih dua jam seluruh kegiatan rampung dikerjakan.
Kepala sekolah MI Nurul Huda I M Zuhri mengaku bahagia dengan program CSR yang dilakukan Shangri-La di sekolahnya. Keakraban yang terjalin antara murid, guru maupun karyawan Shangri-La diharapkan bisa berlangsung terus. “Terimakasih juga telah mau membantu kami jauh-jauh datang dari Surabaya,” kata Zuhri.
Assistant Communications Manager Shangri-La, Andi Nia menambahkan misi CSR lebih menitik beratkan kepada dunia pendidikan dan kesehatan anak yatim piatu. Juga kepedulian terhadap masyarakat pedesaan. “Semoga ke depan Shangri-La bisa lebih banyak lagi berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain,” kata Nia. Gotong royong membersihkan sekolah tersebut ditutup dengan bagi-bagi alat tulis serta makanan. (opi)
Donor Darah Mercure untuk Kemanusiaan
Lingkungan dan kehidupan sosial menjadi perhatian serius Accor Group dalam menjalankan bisnis propertinya. Sebagai perwujudannya, tiga properti di bawah bendera Accor Group, yaitu Hotel Ibis Rajawali, Novotel Hotel and Suites serta Mercure Grand Mirama Hotel, menggelar donor darah di Taman Bungkul, Sabtu (23/10).
General Manager Perwakilan Accor Regional Jatim, Christian Jones Rumambi, mengatakan, donor darah merupakan program solidaritas jaringan hotel asal Perancis itu terhadap kehidupan manusia. Selain itu juga bertujuan membantu PMI dalam menyediakan darah. “Kita kan sering mendengar jika stok darah di PMI menipis. Nah, apa yang kita lakukan hari ini semoga bermanfaat membantu menipisnya stok darah tersebut,” ungkap Christian.
Lebih jauh diungkapkannya, kegiatan donor darah sengaja digelar di Taman Bungkul karena tempat tersebut bagian dari fasilitas umum yang banyak dikunjungi masyarakat. Kalau digelar di hotel, dikhawatirkan tak banyak orang yang mau datang. “Ada kesan bahwa hotel itu tempatnya kalangan high class. Nah supaya netral, kita sengaja bikin di Taman Bungkul,” lanjutnya.
Tujuh bed disiapkan Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI Surabaya untuk kegiatan sosial kemanusiaan itu. Hingga pukul 13.00, sedikitnya 200 blood bag berhasil dikumpulkan. “Kami berterimakasih kepada semua pihak yang sudah mau terlibat meluangkan waktunya untuk mau mendonorkan darah di kegiatan kami,” kata Windiarto, general manager Mercure Grand Mirama Hotel yang juga turut menyumbangkan darahnya untuk kegiatan kemanusiaan tersebut. Selain karyawan Accor Group, aksi donor darah itu juga melibatkan masyarakat umum. (opi)
Langganan:
Postingan (Atom)